Delusi Pejabat
Suatu
hari nanti aku jadi pejabat, aku akan punya istri simpanan yang sexy
dan akan kuberikan istri simpananku sebuah rumah di komplek lengkap
dengan segala fasilitas yang penjagaannya 24 jam dan akan ku belikan
istri simpananku sebuah mobil baru grand livina warna merah dan aku
tidak peduli dengan apa yang rakyatku rasakan..hahahaa itu lah aku sang
diktator negara.
Ketika aku tahu bahwa istri simpanan ku belum bisa mengendarai sebuah mobil ttp aku belikan mobil. Karena aku tahu bahwa teman-temannya dia pada bisa mengendarai mobil.
Dan ketika itu waktu aku mengantarkan mobil merah grand livina ternyata pas kebetulan hari jumat. Dan pada saat itu aku tidak tahu lagi mau mencari masjid ke mana, karena di pikiran ku hanya ada kiblat di bawah pusat sang istri simpanan ku dirumah komplek bernomor B.9.
Kutinggalkan
saja mobil itu di rumah istri simpananku dan aku pulang dengan perasaan
bahagia karena satu orang telah ku bahagiakan dengan mengorbankan
banyak orang. Aku tidak peduli dengan keaadann orang yang aku korbankan. Terkadang aku juga sedih, berpikir di luar sana masih banyak orang yang tidak mampu rakyat" di bawah
naungan ku, dulu aku mengumbar janji kepada masyarakat bahwa aku akan
membahagiakan masyarakat yang telah mendukung aku. Tapi kemauan simpananku tidak mampu aku halangi karena dia memberikan aku kenikmatan, sedangkan rakyat ku hanya memberikan aku dukungan.
Memang
surga dibawah selangkangan simpanan, mungkin itu yang menjadi semboyan
hidupku sekarang, mungkin bukan cuma aku sang pejabat yang mempunyai
simpanan, pejabat yang lain juga banyak memiliki simpanan, yaa mau
dikata apa, kenikmatan lebih indah ada di selangkangan, bukan di rakyat.
Malam ini simpananku pasti masih merasakan kesenangannya memiliki mobil baru yang aku berikan. Mobil itu tidak seberapa harganya dibandingkan kenikmatan di bawah pusatnya itu, coblosan 1 dukungan memberikan aku tuk melangkah mengejar kenikmatan itu. Dan
di posisi aku, di tempat aku berkerja membuat aku mampu melupakan aspirasi
masyarakat yang seharusnya aku dengar bukannya untuk aku abaikan. Tetapi
di mana aku selalu berpikir aku harus mendengarkan aspirasi simpananku
, bahwa itu yang lebih penting dari masyrakat karena simpananku memberikan
aku kenikmatan sedangkan masyrakat ku memberikan aku dukungan.
NGIIKKKKK..Bunyi
ban berdecit dengan aspal ketika tuas rem tangan itu di tarik secara
cepat, mungkin seperti itu perasaan rakyat yang aku abaikan dengan semua
janji janji yang pernah aku taburkan kepada mereka saat mengkampanyekan
politik yang aku usung,
ya perasaan yang rakyat seperti ban mobil yang bergesekan dengan aspal
ketika tuas rem ditarik paksa saat kendaraan melaju cukup cepat, pasti
meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan.
Pernah
terbayang di pikiranku mungkin seperti gelapnya warna ban yang
berdecit dengan aspal, mungkin seperti it itu juga nantinya masyrakat ku menilai aku. Dimana noda itu sudah tidak bisa hilang dari kasarnya aspal, dimana uangku sudah gundul seperti ban mobil. Apa daya aku nanti untuk menarik perhatian masyarakat untuk berpaling lagi kepadaku.? Aku
pernah berpikir kalau aku memiliki semua keglamoran hidup seperti apa
yang aku rasakan sekarang mungkin aku akan sangat bahagia, yaa aku memang
bahagia karena dunia terasa milikku dan istri simpananku. Mungkin aku
lebih memilih mengabaikan rakyatku demi seorang wanita sexy nan
menggairahkan, aku akan lebih takut bahkan sangat takut ditinggalkan
istri simpananku dibandingkan ditinggalkan semua rakyatku.
TO BE CONTINUE...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkicau